Tumor saraf pendengaran (selubung), yang juga dikenal sebagai schwanoma vestibular, adalah tumor jinak yang paling umum ditemukan di sudut serebelopontin (CPA). Tumor ini biasanya muncul dari bagian vestibular saraf pendengaran dan biasanya unilateral, dengan kejadian bilateral yang jarang terjadi. Karena tumor ini tumbuh perlahan, tumor ini dapat memberikan tekanan pada saraf kranial dan serebelum di dekatnya, yang berpotensi menggeser batang otak dan menekan saluran air otak, yang menyebabkan komplikasi serius seperti herniasi tonsil serebelum.
Di NCC , kami telah berdedikasi untuk memajukan teknologi neurofisiologis selama lebih dari 27 tahun, menyediakan solusi mutakhir yang memfasilitasi praktik bedah yang aman sekaligus meningkatkan perawatan pasien. Komitmen kami terhadap inovasi memastikan bahwa kami terus memimpin dalam mengembangkan peralatan elektrofisiologis canggih yang dirancang khusus untuk aplikasi bedah saraf.
Seiring perkembangan tumor, pasien mungkin mengalami gejala parah yang dapat mengancam nyawa mereka. Sasaran utama intervensi bedah untuk tumor saraf pendengaran adalah untuk mencapai pengangkatan tumor total dengan aman sambil mempertahankan fungsi saraf wajah dan meminimalkan gejala neurologis yang signifikan seperti koma pascaoperasi, hemiplegia, atau kelumpuhan saraf wajah. Selain itu, bagi pasien dengan pendengaran fungsional, upaya harus dilakukan untuk mempertahankan pendengaran mereka.
Pemantauan neurofisiologis intraoperatif (IONM) berperan penting selama operasi tumor saraf pendengaran. Pemantauan ini membantu dalam deteksi dini potensi kerusakan saraf dan meminimalkan komplikasi pascaoperasi. Berikut ini beberapa parameter pemantauan utama yang digunakan selama operasi:
1. Elektromiografi Gratis (EMG Gratis)
EMG gratis digunakan untuk memantau respons traksi saraf kranial seperti saraf trigeminal (V), saraf wajah (VII), saraf vagus (X), saraf aksesori (XI), dan saraf hipoglosus (XII). Umpan balik waktu nyata ini memungkinkan ahli bedah untuk menilai integritas saraf selama manipulasi tumor.
2. Elektromiografi Terpicu (Trigger EMG)
EMG terpicu melibatkan stimulasi listrik pada saraf kranial untuk membantu menemukan dan mengidentifikasi jalurnya. Teknik ini penting untuk menghindari kerusakan yang tidak disengaja pada struktur penting selama operasi.
3. Potensial Motorik Wajah yang Dihasilkan (Facile MEP)
MEP yang mudah direkam untuk mengevaluasi fungsi saraf wajah selama operasi. Pemantauan meliputi kelompok otot tertentu seperti masseter, frontalis, orbicularis oculi, orbicularis oris, mentalis, otot krikotiroid, dan otot trapezius. Stimulasi dilakukan di tempat yang ditentukan untuk memastikan penilaian yang akurat.
4. Potensial Auditori Batang Otak (BAEP)
Pemantauan BAEP menilai fungsi saraf pendengaran dan batang otak. Pemantauan ini penting untuk melindungi fungsi pendengaran selama operasi, terutama saat menangani tumor yang dapat memengaruhi pendengaran.
5. Potensial yang Ditimbulkan Somatosensori (SSEP)
Pemantauan SSEP memberikan informasi tentang jalur sensorik di anggota tubuh bagian atas dan membantu menilai fungsi batang otak selama prosedur pembedahan.
Selama operasi, protokol pemantauan khusus ditetapkan:
1. Pemantauan Reseksi Pra dan Pasca Tumor: SSEP, BAEP, dan Facile MEP harus dicatat sebelum reseksi tumor dimulai dan terus dipantau selama 2-3 menit setelah reseksi.
2. Stimulasi EMG: Pulsa gelombang persegi dengan durasi 0,2 ms dengan kecepatan 4-6 kali per detik digunakan untuk stimulasi EMG. Kekuatan stimulasi awal dimulai pada 0,2 mA.
3. Perekaman Data: Pengukuran akurat perubahan latensi dan amplitudo sangat penting untuk menilai potensi gangguan neurologis.
Standar peringatan berikut ditetapkan untuk pemantauan intraoperatif:
1. EMG gratis: Setiap respons traksi yang signifikan harus mengingatkan tim bedah.
2. BAEP: Peningkatan latensi sebesar 10% atau penurunan amplitudo di bawah 50% mengindikasikan adanya potensi masalah.
3. MEP yang Mudah: Kriteria yang sama berlaku seperti pada pemantauan BAEP.
4. SSEP: Peningkatan latensi atau penurunan amplitudo menunjukkan kemungkinan gangguan jalur sensorik.
Saat melakukan operasi di wilayah CPA, beberapa pertimbangan penting harus diingat:
1. Diseksi Hati-hati: Selama diseksi tumor dari dinding bagian dalam, hanya potong cabang yang memasok darah ke tumor; hindari kerusakan pada pembuluh utama yang memasok darah ke batang otak.
2. Pelestarian Integritas Saraf: Gunakan instrumen bedah mikroskopis dengan hati-hati untuk menjaga saraf wajah dan pendengaran sambil mempertahankan hubungan anatomi.
3. Reseksi Tumor Lengkap: Bertujuan untuk reseksi total sambil memberikan ruang yang cukup untuk reposisi batang otak guna meminimalkan perdarahan intraoperatif dan meringankan tekanan intrakranial.
4. Pemantauan Hemodinamik: Jika terjadi perdarahan hebat selama operasi, transfusi atau pemberian cairan tepat waktu sangat penting untuk mencegah syok.
5. Perawatan Pascaoperasi: Pantau pasien secara ketat untuk mengetahui tanda-tanda defisit neurologis atau komplikasi pascaoperasi.
Penanganan bedah tumor saraf pendengaran menghadirkan tantangan unik karena lokasinya dan potensi dampaknya pada struktur saraf yang kritis. Pemantauan neurofisiologis intraoperatif sangat penting untuk meminimalkan risiko yang terkait dengan prosedur yang rumit ini. Dengan menggunakan teknik canggih seperti Free EMG, Trigger EMG, BAEP, SSEP, dan pemantauan Facile MEP, dokter bedah dapat meningkatkan keselamatan pasien dan memperbaiki hasil.
Jika Anda tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang produk kami atau bagaimana kami dapat mendukung kebutuhan klinis Anda dalam bedah saraf atau bidang medis lainnya, silakan hubungi kami hari ini! Bersama-sama, kita dapat bekerja untuk meningkatkan hasil bedah dan meningkatkan keselamatan pasien melalui solusi teknologi canggih.